Burger Nabati Bertumpuk

Hanya dalam dua tahun, teknologi makanan telah mengubah konsumen dari menelusuri “roti vegetarian” di lorong beku menjadi memilih “burger nabati” segar yang dijual di sebelah daging giling.

Di belakang layar di supermarket, pertempuran besar sedang terjadi: Produsen daging menuntut agar kata "daging" dan "burger" dibatasi untuk produk mereka sendiri.Pembuat alternatif daging seperti Beyond Meat dan Impossible Foods berlomba-lomba merebut pasar makanan cepat saji global, karena pemain besar seperti Tyson dan Perdue ikut bergabung.Ilmuwan lingkungan dan makanan bersikeras agar kita makan lebih banyak tanaman dan lebih sedikit makanan olahan.Banyak vegetarian dan vegan mengatakan tujuannya adalah menghentikan kebiasaan makan daging, bukan memberinya makan pengganti.

“Saya masih lebih suka makan sesuatu yang bukan buatan laboratorium,” kata Isa Chandra Moskowitz, koki di restoran vegan Modern Love di Omaha, di mana burgernya sendiri adalah hidangan paling populer di menunya."Tapi lebih baik bagi manusia dan planet ini untuk makan salah satu burger itu daripada daging setiap hari, jika itu yang akan mereka lakukan."

Produk “daging” lemari es yang baru telah menjadi salah satu segmen industri makanan yang tumbuh paling cepat.

Beberapa dengan bangga berteknologi tinggi, dirangkai dari berbagai pati, lemak, garam, pemanis, dan protein kaya umami sintetis.Hal itu dimungkinkan oleh teknologi baru yang, misalnya, mengocok minyak kelapa dan mentega kakao menjadi gumpalan kecil lemak putih yang membuat Beyond Burger tampak seperti marmer dari daging giling.

Lainnya benar-benar sederhana, berdasarkan biji-bijian dan sayuran, dan direkayasa ulang dengan bahan-bahan seperti ekstrak ragi dan barley malt agar lebih renyah, lebih cokelat, dan lebih segar daripada pendahulunya burger vegetarian beku.(Beberapa konsumen berpaling dari produk-produk yang sudah dikenal itu, bukan hanya karena rasanya, tetapi karena paling sering dibuat dengan bahan-bahan yang diproses dengan baik.)

Tapi bagaimana kinerja semua pendatang baru di meja?

Kritikus restoran The Times, Pete Wells, kolumnis memasak kami Melissa Clark, dan saya mengantre kedua jenis burger vegan baru untuk mencicipi enam merek nasional secara buta.Meskipun banyak orang telah mencicipi burger ini di restoran, kami ingin meniru pengalaman juru masak rumahan.(Untuk itu, Melissa dan saya mengikat putri kami: vegetarian saya yang berusia 12 tahun dan penggemar burgernya yang berusia 11 tahun.)

Setiap burger dibakar dengan satu sendok teh minyak canola dalam wajan panas, dan disajikan dalam roti kentang.Kami pertama kali mencicipinya dengan polos, lalu mengisinya dengan favorit kami di antara topping klasik: saus tomat, mustard, mayones, acar, dan keju Amerika.Inilah hasilnya, dalam skala peringkat satu hingga lima bintang.